Hari ini
begitu cerahnya. Loki kurcaci dan Opie kurcaci berlari tiada henti. Mereka
kejar-kejaran di taman. Di antara taman itu ada kolam ikan yang sangat indah.
Kolamnya terbuat dari batu marmer termahal di
kota Walaka.
“Dar…Der…Dor!
Opie, kena!” teriak Loki kurcaci. Opie kurcaci pura-pura tidak tahu. Ia tetap
saja berlari. “Iih…curang, sekarang kamu yang jaga!” Loki kurcaci marah dan bertolak pinggang. Wajahnya
dikerutkan. Opie kurcaci menahan tawa. “Kalau kamu marah seperti Oma-oma he he he,” Opie Kurcaci berlari lagi.
Loki kurcaci mengejar. Tak terasa Opie kurcaci dan Loki kurcaci tiba di depan halaman rumah Kakek Walaku
kurcaci. Kakek Walaku kurcaci yang membuat beraneka macam marmer. Marmer yang
dibuatnya sangat indah. Dihalaman rumah kakek Walaku ada pohon rambutan yang
sangat rindang.
“Pie... jangan….ma…suk” teriak Loki
kurcaci.
Terlambat. Opie kurcaci telah masuk ke halaman Kakek Walaku.
Terpaksa Loki kurcaci juga masuk.
Dipandangi pohon rambutan Kakek Walaku kurcaci. Pohon rambutannya sangat
rindang. Tangan Loki kurcaci mampu mengapainya. “Banyak sekali rambutannya”. Tak sengaja
tangan Opie menyentuh rambutan itu. “sepertinya enak!“gumam Opie kurcaci.
Ditengok kanan dan kiri. Sepertinya aman. Hup! 1,2 diambilnya rambutan
itu. Tangannya mulai membuka rambutan lalu
dimasukkan ke dalam mulutnya. Hup..Yummy!
“Ssst….apa yang kamu lakukan?” tanya Loki kurcaci. “ Itu bukan milik
kita. Lebih baik minta izin dulu!” ajak Loki kurcaci.
Opie kurcaci menggeleng. Opie kurcaci sedang menikmati rambutan yang
sudah dipetiknya. “Lihat! Aku akan menambil rambutan yang itu!” tunjuk Opie
Kurcaci yang menunjuk rambutan yang sangat banyak. Pada mulutnya terlihat banyak
sekali rambutan.
“Sst…jangan Pie! “ Loki Kurcaci mengingatkan.
Opie Kurcaci tak peduli. Diambilnya galah yang ada disamping pohon
rambutan itu. Hup! Tangannya sangat lihai mengambilnya. Tak berapa lama
rambutan sudah banyak diambilnya.
“Cepat Pie! Kita keluar saja!” Loki kurcaci
berbisik sambil menarik tangan Opie kurcaci. “Kamu tahukan, rambutan ini milik
Kakek Walaku kurcaci. Lebih baik kita minta izin dulu.” ajak Loki Kurcaci.
Opie Kurcaci tak peduli. Kali ini
tangannya mengambil lagi rambutan itu. “ Wah, yang diatas sana warnanya lebih
merah.” Opie kurcaci terlihat senang. Ia pun segera menaiki pohon rambuta itu.
Hu…hup!! Badannya sangat lincah. Tiba diatas tangannya segera mengambil
rambutan itu.” Ini pasti lebiiih….lezat!” begitu teriaknya.
Loki kurcaci menyuruh Opie kurcaci
turun. “Nanti! Aku mau ambil yang banyak!” teriak Opie Kurcaci.
Loki kurcaci mengeleng. Tiba tiba
saja tak berapa lama Opie kurcaci berteriak. Tidak!!
Apa
yang terjadi ya? Olala….ternyata ada pasukan semut rangrang mengelilingi Opie kurcaci dengan terburu-buru
Opie Kurcaci turun. Tapi tiba –tiba saja BRUK! Opie kurcaci terjatuh. Ia
menginjak dahan pohon yang lemah.
“Aduh!” teriak Opie kurcaci.
Dipegang lututnya yang berdarah.
Badannya pun terluka.
Loki kurcaci segera membantu.
Dari
dalam rumah Kakek Walaku keluar.Karena mendengar teriakan Opie.” Ada apa ini?”
teriakkakek Walaku.
Opie meringis. Kakek Walaku
mendekati membantu Opie bangun. Opie
terlihat malu. Kemudian kakek Walaku
mengajak Opie kurcaci ke dalam. Opie kurcaci berjalan sambil meringgis.Kakek
Walaku dan Loki kurcaci membantu Opie kurcaci.
Diambilnya kotak obat. Dibersihkan
luka Opie kurcaci. Opie Kurcaci sdikit meringis menahan perih. Nah!Sudah
selesai sekarang!” ucap Kakek Walaku.
Opie kurcaci menahan malu. Kakek
Walaku kurcaci sangat baik. Ia tidak marah.
“Maafkan Opie ya, Kek! Karena
mengambil rambutan kakek!” ucap Opie kurcaci.
Kakek mengangguk. “ Kakek suka
dengan keberanianmu mengakui kesalahan,” ucap Kakek Walaku.
Andai saja Opie tidak mengambil
rambutan tanpa izin pastinya ia tidak akan terjatuh. Tapi apalah daya nasi sudah
menjadi bubur. Tidak ada yang perlu disesali. Tapi bagi Opie berani mengakui kesalahan jauh lebih penting dari
itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar